Latest Posts

Jumat, Agustus 24, 2012

Senja

Di hadapan senja ini, kamu menggenggam tanganku erat. Jika senja adalah sirene, itulah yang memanggil para buruh Duniawi untuk segera berpisah dari kewajibannya mencari peruntungan hidup. Dan jika senja ini adalah cinta, itulah yang membuatnya indah. Seindah harapan kita berdua, sore itu.

Di antara hujan yang menggigilkan, hanya cinta kita yang saling menghangatkan. Di antara duri yang melukai, hanya cinta kita yang saling melindungi. Karena kamu harus tahu, perjuangan meraih cinta tidaklah mudah. Matahari pun rela membakar dirinya, dan kemudian ber-munafik ria menjadi senja. Senja itu indah, se-indah itulah pengorbanan cinta.

Jika permintaan maafku ini adalah bentuk dari sebuah pengorbanan, maafkanlah aku. Sejak mataku tak lagi menaruh rasa percaya kepadamu, senja menyadarkanku dengan sinarnya. Bahwa tak semestinya aku menguasaimu. Aku harusnya mencintaimu.

Kamar Lelaki

Selasa, Agustus 07, 2012

Suatu Hari Di Perbatasan

Kita satu usia, tapi tak sama hebat denganmu. Jika aku memandang langit sebagai selimut tidurku, kamu lihat itu sebagai permadani istanamu yang megah. Jika aku menyentuh bintang di langit itu, kamu selalu saja memeluk semesta. Bagaimana bisa kamu melakukan itu semua?

Dan pada suatu hari di perbatasan, aku melihat permadanimu yang telah robek. Kamu menggenggam serpihan kristal, yang kutahu itu adalah bintang yang pernah ku sentuh. Kamu melambai kepadaku, aku mendekat. Mendekapmu mesra seperti dekapan mesra-mu terhadap semesta. Aku berbisik, "Apa yang sedang kamu pegang, adalah hatiku yang telah pecah. Mengapa kamu tak segera membuangnya?"

Betapa rapuhnya aku saat mengetahui, aku berada di perbatasan Cinta dan Benci.

Kamar Lelaki, 2012.

Rembulan Berbicara

Malam itu, matanya tertuju pada Rembulan yang malu. Yang pada suatu hari, ia percaya ada malam yang berbeda dari malam-malam yang lain. Hatinya tak lagi bersenandung, tak lagi bersuara. Diam, dengan matanya yang tak lekas memejamkan harap.

Orang bilang, hati yang penuh cinta akan terlahir meski syair mengandungnya dalam waktu lama. Orang bilang, akan datang sebuah kemurnian cinta meski tenggelam di jernihnya puisi yang se-luas samudera. Tapi malam itu Rembulan telah berbicara, bahwa syair dan puisi akan selalu mencari jalannya sendiri. Jalan menuju kekuatan yang akan selalu menampar dirinya dengan lembut.

Ia akan selalu ingat, setelah ia menutup jendela dan lekas bermimpi indah. Tentang perjuangan syair dan puisi mencari jalan menuju Cinta.

Kamar Lelaki, 2012.

Senin Itu

Lalu, awan mendung memanggilnya dengan sangat hati-hati. Hujan tak pernah bosan untuk terjun ke Bumi, dan sore itu hujan benar datang lagi. Mengguyur seluruh tubuhnya, dan menyejukkan kemarau yang rindu terhadap rintiknya. Isak tangisnya tersamarkan dengan suara guntur yang menggelegar. Lagi-lagi, ia harus seperti ini.

Cinta yang menancap kuat di nadinya, kini terkubur di gundukkan tanah bernisan. Hanya ukiran nama itu yang kekal disana. Tak ada lagi dongeng mereka yang indah, ataupun kenangan manis yang terukir. Hanya separuh cinta yang tersisa, yang tengah melanjutkan perjuangan hidup. Tanpa separuh cinta lagi yang telah terkubur bersama hujan, senin itu.

Kamar Lelaki, 2012.

Selasa, Juni 12, 2012

Bersyukur Sebelum Kematian

Sebelum aku bercerita, aku mau ucapin bela sungkawa dulu untuk keluarga dari sahabatku sejak kecil, namanya Dewi Lestari, yang baru saja kehilangan Ayahanda tercintanya pada tanggal 11 Juni 2012 kemarin. Disaat belum genap 1 tahun dia kehilangan adik bungsu'nya yang bernama Muammar Khadafi umur 2,5 tahun, kini kembali bersedih untuk yang kedua kalinya dalam kurun waktu beberapa bulan untuk meng-ikhlaskan Ayahanda-nya untuk pergi ke sisi Allah SWT.

Pukul 21.53, aku dibangunin sama Tanto (Sahabat kecilku yang lain). Aku baru tidur itu statusnya. Setelah dia ngomong begini-begitu tentang meninggalnya Ayah si Dewi, ya langsung kaget lah ya. Akhirnya aku bangun, cuci muka, ganti baju, berangkat kerumah Dewi. Pas ketemu Dewi, mukanya sembab banget. Pucat pasih kayak orang gak pernah tidur. Akhirnya dia cerita semuanya malam itu, cerita tentang penyakit Ayahnya, tentang harapan dia terhadap Ayahnya sebelum Ayahnya meninggal, tentang mimpi dia untuk menjadi yang terbaik buat Ayahnya, dan sudah pasti, dia cerita sambil nangis kejer begitu :'(. Alhasil, aku ikut menitikkan air mata malam itu.

Tapi satu hal yang aku tau dari seorang Dewi Lestari, adalah sosok perempuan yang selalu tegar menerima kenyataan. Bagaimana gak gitu, tanpa aku tanya, dia langsung lantang berbicara padaku, "Gue ikhlaskan orang-orang yang gue cinta hanya karena Allah Ta'ala" :'(

Satu intisari yang bisa aku jadikan pelajaran adalah, Syukuri-lah kehadiran orang-orang yang telah menyayangi kita, sebelum kematian yang menyadarkan itu. Belum tentu di hari esok, Ayahmu masih bisa makan bersama di meja makan bersama Ibu dan kamu. Belum tentu juga, besok kamu bisa becanda bareng teman-teman. Dan belum tentu juga, kekasihmu bisa memberimu perhatian lagi malam ini. Itu semua sudah Sunnatullah, ada yang datang, sudah pasti ada yang akan pergi. Jadi, kita akan menjadi manusia yang gak berguna, kalau untuk menyukuri kehadiran orang-orang yang sayang sama kita aja, harus dengan kematian terlebih dahulu. Maka itu banyak bersyukur-lah mulai dari sekarang.


Malam itu aku ikut ngaji Yasin sampai pukul 23.30 lah kalo gak salah. Setelah aku ngobrol-ngobrol dengan Ibunda si Dewi, ya aku langsung pulang.

Rabu, Mei 30, 2012

Sistem Kehidupan

Saat aku mengetik ini, aku lagi di dalam laboratorium kampus, mengikuti mata kuliah Animasi & Multimedia berbasis JavaScript. Karena jiwa programmer'nya belum matang, jadi masih pusing liat kata-kata "Syntax Error", "Runtime Error", dan yang lain-lain. Yaudah deh, mumpung pihak kampus berbaik hati udah menginstal Google Chrome, ya aku gunakan dengan sebaik-baiknya untuk nulis di blog. Hehehehe . . .

Suasana kelas lagi ber-nuansa "Program" banget nih, jadi cukup kuat aku merenung bahwa kehidupan kita gak jauh berbeda dari sistem komputer yang terdiri dari Input, Proses dan Output. Lalu Tuhan adalah Brainware (Pengguna Komputer). Kita adalah sebuah program dengan Input sebagai penyusunan data awal, Proses sebagai kegiatan membentuk sesuatu dari data awal, dan Output sebagai tujuan dibuatnya program. Itu semua dibuat oleh Brainware dengan sebuah tujuan.

Lebih mudahnya begini, sebuah program Antivirus dibuat dengan tujuan menjadi perisai bagi virus-virus komputer. Lalu , program Adobe Audition di buat untuk memproduksi Musik, itu juga ada tujuan. Program Winamp dibuat untuk memutar file-file ber-Extension .mp3 atau sejenisnya. Lalu Manusia? Mana mungkin kita di ciptakan tanpa tujuan oleh Tuhan (Brainware)?

Kemudian begini, aku pernah meng-install sebuah program yang "katanya" bisa mempercepat kinerja modem. Aku install, aku mempunyai harapan kalau itu benar-benar bisa mempercepat kinerja modemku yang lemot. Tetapi, setelah aku install, aku hanya merasakan sedikit perbedaan kecepatan modemku di awal aku meng-install. Pada pemakaian selanjutnya, kecepatannya sama saja seperti semula. Karena aku anggap sudah tidak berguna, dan aku kecewa, aku uninstall program itu. Kalau kita --sebagai Manusia-- berada di posisi sebuah program yang tidak berguna itu, apakah Tuhan (Brainware) tidak kecewa?

Maka itulah muncul ungkapan Neraka dan Surga, yang bisa aku istilahkan menjadi pesan Tuhan kepada kita agar selalu menjadi "Sesuatu" yang berguna. Kalau hidup kita selalu berguna, apakah mungkin Tuhan (Brainware) meng-uninstall kita? Tentunya kita akan selalu mendapatkan Surga, atau yang berarti kita mendapat kepercayaan Tuhan untuk selalu di gunakan. Maka untuk menjadi sesuatu yang di percaya, kita harus menjadikan diri kita sesuatu yang berguna.

Biasanya, aku melihat layar laptop paling lama 6 jam dalam sehari. Setelah itu aku meng-Shutdown untuk istirahat. Yang bisa aku simpulkan, suatu saat, Tuhan pun akan meng-Shutdown sistem kehidupan ini tanpa kita tau. Tuhan akan mematikan seluruh fungsi-fungsi dan program-program yang berjalan. Kalau kita mau mengambil hikmah dari tulisan ini, masa iya kita di ciptakan oleh Tuhan sedemikian rupa tanpa menghasilkan apapun yang berguna? Mau kayak begitu? Kalau aku sih bakal berusaha untuk menjadi yang berguna bagi siapapun, sebelum Tuhan meng-Shutdown komputer (Kehidupan) milik-Nya.

Oke, aku sudahi dulu. Mata kuliahnya sudah selesai :D